WARNING : POSTINGAN INI PANJANG DAN BANYAK IMAGE
Postingan ini mungkin agak basi ato basi banget, tapi emang gue baru sempet apdet sekarang. Heheheheheh….
Tanggal 9 oktober 2010 lalu, gue bersama rombongan dari Indonesia’s Sketchers berangkat menuju Bandung dengan mobil. Kami ke sana dalam rangka meramaikan acara akbar Pasar Seni ITB 2010. Sebuah event yang gue nanti-nantikan sejak pertama kalinya gue ke sana, 5 tahun lalu.Indonesia’s Sketchers mendapat kesempatan untuk turut berpartisipasi membuat stand dan memamerkan karya-karya kami (gue sih nggak, cm pengen ngeramein doank. karya2 gue mah gak ada apa-apanya.)
Tiba di Bandung, tepatnya ITB, kami langsung mempersiapkan stand bersama beberapa orang lainnya. Dilanjutkan melakukan live sketching bersama-sama dengan modal penerangan seadanya.
Jam 1 malam kami beranjak dari ITB menuju penginapan di daerah Dago, ngopi2 sebentar kemudian tidur.
Sekitar jam 6-7 kami berangkat lagi ke ITB, merapikan meja dan display sambil sketching colongan.
Akhirnya jam 9 pagi pengunjung mulai berdatangan.
Stand IS bisa dibilang laris manis, hampir gak pernah sepi pengunjung. Banyak orang yg mampir untuk melihat karya-karya para anggota IS yang dipajang, atau memperhatikan kami menggambar-gambar buku sketsa dengan serius. Sayangnya, banyak banget orang yg salah paham dan mengira stand kami semacam ajang menggambar untuk anak-anak. Tanpa putus, bersusulan anak-anak kecil menghampiri meja kami untuk menggambar didampingi orangtuanya. Agak kecewa sih, segmentasinya salah banget. Tapi banyak juga orang dewasa yang tertarik dan bertanya2 tentang IS serta menunjukkan niat untuk bergabung dgn IS.
IS atau Indonesia’s Sketchers adalah komunitas sketser yang didirikan oleh Atit, seorang wanita istimewa yg gue kagumi visi dan konsistensinya. Ia mengatakan, ide untuk mendirikan IS terinspirasi dari komunitas Urban Sketchers. Kegiatan IS meliputi sketching and sharing bareng yang biasanya diadakan sebulan sekali. Biasanya IS akan memilih satu tempat yg dirasa seru untuk diabadikan dalam bentuk sketsa, lalu janjian ngumpul di sana, dan menggambar. Gue sendiri baru 2 kali dateng ke kegiatan sketching and sharing IS, di Pasar Baru, dan di Museum Prasasti Tanah Abang. Di ITB adalah yg ke-3.
Selama menjaga stand di Pasar Seni ITB, IS sering dikira kumpulan anak-anak ITB. Ada cewek-cewek yg nyamperin stand kita, dengan pedenya mereka bilang “Eh, ni anak-anak kita, nih. Anak SR (seni rupa).” begitu mendekat dan melihat stand IS dan anggotanya, mereka melipir sambil berbisik “Eh, bukan, dink.” Dalam hati gue mikir, “sombong benar anak2 muda ini, dipikirnya yg jago gambar cm anak kampus mereka…” *sok tua mode on*
Pasar Seni ITB tahun ini menurut gue gak semenyenangkan 5 tahun lalu. Standnya memang lebih banyak, tp pengunjungnya terlalu banyak, sampe gueย cuma tahan 15 menit di dalam area kampus ITB. Stand IS berdiri di area jalan Ganesha, berbarengan dengan stand2 komunitas lainnya. Yang gue salut, ITB bisa mengadakan perhelatan seni sebesar dan semeriah ini. Memberi kesempatan bagi komunitas akar rumput dan seniman-seniman untuk memamerkan karyanya dan mempromosikan komunitasnya. Mungkin sebagian orang datang ke Pasar Seni ITB hanya untuk bergahul atau belanja atau keren2an, tp banyak jg orang2 yg datang krn ingin melihat pameran seni yang diadakan.
Satu orang yg gak gue lupa, ada seorang guru senirupa cantik, dipanggilnya Bude, singkatan dari Ibu Gede, soalnya badannya gede. Dia mengantar 3 muridnya yg masih SMP untuk jalan2 ke Pasar Seni ITB dan melihat2 karya2 yg dipamerkan, atas inisiatifnya sendiri.
Waktu dia mampir ke stand IS, kami mengobrol, sementara ke-3 muridnya *yang terjangkit virus otaku akut, dikit-dikit ngomong “unyuuuu”* sedang asik menggambar di meja yg disediakan IS. Bude cerita, dia menawarkan ke murid2nya untuk datang ke ITB, tp yg akhirnya ikut hanya 3 org. Walau begitu, dengan semangat, ia tetap mengantarkan ketiga murid yg ngerepotin ini *tapi lucu-lucu*. Ia rela berpanas-panas dan berlelah-lelah. Tak habis-habis memuji dan menerangkan kelebihan ketiga murid cantiknya ini. Menunggu mereka yang asik menggambar dengan sabar.
Terus terang gue memuji dia, gue bilang jaman gue sekolah dulu, nggak ada guru yg mau rela panas-panasan cm buat nganterin muridnya nonton pameran. Tanpa memungut bayaran pula. Dia tersenyum sambil merendah mengatakan dia sering minder krn dia lihat murid-muridnya lebih pintar menggambar daripada dia. Ah, gue gak pernah melihat guru yang mengaku merasa tidak lebih pintar dari muridnya seperti Bude.
Selama 1 harian gue dan anggota IS nangkring di Pasar Seni ITB, gue mendapat banyak banget pengalaman. Atit, wanita kuat yg rela berpanas-panasan dan tidak pindah dari meja, tulus bekerja tanpa menarik keuntungan apapun demi memfasilitasi minat dan bakat orang lain. Mas Dhar, pria paruh baya dengan rambut panjang yg memutih, konsisten berburu momen dan menorehkannya dengan lincah di atas kertas gambar. Kemampuannya bisa dibilang “Level Master”, tapi pembawaannya rendah hati, dan senang berbagi ilmu. Dan anggota IS lainnya yang rela bekerja tanpa dibayar, rela bergadang, tidak mencari popularitas. Hanya sketsa. Bahkan menjual hasil sketsa merekapun tidak mau krn menganggap sketsa-sketsa mereka seperti buku harian yg berharga. Boleh dilihat, tp tidak boleh dibeli atau diambil.
Orang-orang yg berkarya dengan tulus. Mgkn krn itu, karya mereka terlihat istimewa. Karena jujur dan ikhlas.
Saya bersyukur bisa ke Pasar Seni ITB. Bukan krn bisa numpang eksis di Stand IS, bkn krn dapat kesempatan bisa pelesir ke Bandung, bukan krn bisa cuci mata ngeliat cowok-cowok seni rupa yg gayanya mirip-mirip Kurt Cobain (oke, sedikit… gue sedikit bersyukur bisa “window shopping” hahahah). Melainkan gue bersyukur krn bisa bertemu orang-orang hebat dan memetik pelajaran serta pengalaman berharga dari mereka, melihat karya-karya seni orang lain, dan bisa mengabadikan banyak momen di dalam buku sketsa gue.
Dua hari satu malam yg berharga. Mudah-mudahan banyak instansi dan universitas lain yang menyusul jejak ITB untuk mengadakan perhelatan pasar seni atau pameran karya seni yg besar dan niat habis-habisan.
btw, gue juga bikin komik ancur waktu di Pasar Seni ITB, nanti nyusul aja ya komiknya =))
wah ke bandung nggak ngajak2 *halah
cerita yang malemnya gak diceritain sih? ๐
yang gara2 minum kopi? nggak ah, gak penting :p
ih, ngapain juga ngajak kamu =))
salam buat Bude, mudah2an makin banyak guru kaya beliau….
keren kayaknya nih, bookmark dulu ya, entar dirumah baru baca hhe *nestapa internet di kampus
btw salam kenal,blogwalking
@ nyunyu : halo bude, dapet salam dari mbak nyunyu XDDD
@ volver : salam kenall ๐
nyesel ga bisa kesitu euy
mana nih komiknya le? ditungguin lho
sippp
kakak lea yang budiman, alangkah eloknya kakak kalau sewaktu-waktu buat posting yang berisi sketsa dan tata caranya membuat sketsa ๐