
Ada hujan di dalam kamarku
Membasahi bantal dan selimut
Merusak buku sketsaku
Katanya singgah sebentar
Di luar panas seakan matahari sedang membenci bumi
Hujan takut menguap dimakan terik
.
Ada hujan di dalam kamarku
Awan hitamnya berdesakkan di langit-langit
Membasahi mataku
Ternyata hujan terasa pahit
Seperti jejak-jejak masa lalu yang sepi
.
Ada hujan menari-nari dengan luka
Membagikan kisah tentang hal-hal yang diabaikan
Maaf, katanya, aku singgah tanpa membawa pelangi
Kutanya balik, mana mungkin hujan datang tanpa pelangi
Ia tersenyum pedih, pelangi tidak sekonkret aku, jawabnya
Aku baru tahu
Ternyata pelangi tidak setia seperti hujan pada tanah
.
Kapan hujan di kamarku pergi?
Mungkin menanti matahari meredup
Sementara hujan menari menenggelamkanku
Maaf, katanya lagi, aku tidak membawa pelangi
Kujawab ia, aku juga tidak butuh pelangi
Karena pelangi tidak konkret
Hanya terlihat cantik dari jauh
Hujan di atas kepalaku tersenyum
.
Aku tidak tanya kapan hujan mau beranjak
Satu atau dua kali tak apa
Mati tenggelam bersama hal-hal yang diabaikan
Rasanya tidak ada beda
Karena kita semua konkret
Tapi lebih sering diabaikan daripada diabadikan
*menduga2 ada apa ini*
gak ada apa-apa oom :)) aku biasanya emang msh suka nulis puisi, tapi di macangadungan.tumblr.com. ini lg sekali2 mau post di macangadungan.com
Jagoooooo sekarang puisinya euy… 😀
ettt, jago… ayam kali mbak :))
tapi aku suka kalau hujan datang,
aku merasa sedang tidak menangis sendirian 😦
*nari balet*
Ahahaha, dulu temenku jg ada yg bilang “Enak kalo ada hujan, kalo nangis gak keliatan.” XD
dan kalo ga salah itu aku yang bilang… 😀
pemilihan judulnya sangat bagus sekali,, dan isinya pun nyambung.. boleh boleh.. bakat kayaknya nih om.. 🙂
udah lama ga baca sajak seperti ini..
salam kenal 🙂
makasih :”>