Secangkir malam
Pada pembicaraan kita
Tentang masa lalu
Tentang masa depan
Atau mimpi-mimpi absurd yang datang pukul 3 pagi
Kemudian kita lupakan saat jam makan siang
Tentang isyarat-isyarat yang delusional
Pada percakapan kita yang penuh basa basi
Hubunganku lebih mesra pada botol bir
Dibanding lembutnya bibirmu yang posesif
Ini masih bibir yang ilusif
Karena kita memperbincangkan tanpa mencoba melakukan sesuatu
Mungkin secangkir malam yang kita sesap
Hanya waktu yang kita ulur-ulur
Atau mediator bagi para pengecut di dalam diri kita
Dan kita bertepuk tangan
Pada sandiwara yang kita sutradarai
Untuk sekedar menghabiskan waktu
Sambil berharap salah satu dari kita akan maju
Dan melakukan sesuatu
Kita pecahkan lonceng di tangan
Dan jam dinding berbentuk lingkaran
Agar pura-pura lupa waktu
Padahal kita tak bisa pura-pura tuli pada suara detik
Habis tak habis, jika waktu selesai
Cangkirmu harus kamu tinggalkan
Cangkir kita
Karena malam tak pernah menunda pergi
Lalu kita akan pulang ke rumah masing-masing
Entah menyesal tidak menyesal
Pada waktu yang kita buang
Pada isi cangkir yang tersiakan
Esok kita datang lagi
Menyeduh secangkir malam
Aku bermesraan dengan botol birku
Karena kamu sibuk dengan dirimu sendiri
Dan selanjutnya hanya repetisi dari malam sebelumnya
Selalu
Berbagi masa depan
Berbagi masa lalu
Dan bercerita tentang mimpi tadi malam
Aku melihat melewati pagi
Dan tahu aku tak ada di masa depanmu
Tapi bukankah kita sedang bersandiwara?
Yah.
Anggap saja aku dan kamu adalah partikel
Yang mampu mengalahkan waktu.
Dan aku pura-pura menyesap bibirmu yang ilusif
Dari bir pahit di atas mejaku
Dan secangkir malam sekali lagi
Terbuang sia ketika pagi tiba
Wew..
Aku suka banget bagian:
Dan aku pura-pura menyesap bibirmu yang ilusif
Mungkin aku bukan ‘pujangga’ yang pandai merangkai kata. Hikzz.. Drama (secangkir malam) aku benar2 suka sekali.