Malam merayakan sepi
Taman kota menjadi semacam oase
Dan diam adalah bahasa yang kita mengerti
Karena kata hanya menjadikannya klise
Pada debu jalanan
Pada rumput yang masih basah
Pada detik yang berhenti
Kita adalah sebuah kata yang tak relevan
Ada yang menjelang mati
Atau sekedar stagnan
Ada yang menjelang pergi
Atau sekedar mencari jalan
Dan mungkin satu yang tak akan pulang
Aku bisa jadi ada di antaranya
Apa yang bisa memberi pasti?
Malam merayakan sepi
Taman kota menjadi semacam panggung
Seandainya manusia bisa membaca hati
Mungkin kita bisa mengerti walau saling mematung
Pada rasa yang menggantung di lidah
Pada mimpi yang tersimpan rapat
Pada rahasia-rahasia yang pahit
Pada rindu yang tersembunyi
Aku ingin pulang
Dan hilang
Dan melayang
Dan terbang
Biar lupa
Menari di tengah rumput basah
Atau berpendar bersama lampu taman
Lupa pada resah
Dan kamu kutinggalkan
Mungkin taman kota akan menjadi lebih meriah
wahhh,,bagus bagus,,ngena dan kerasa banget
🙂
Teringat taman di depan rumah. Siang ramai, malam dipakai pacaran…
Mending taman, Mbak. Di samping rumahku lapangan. Masih aja dipake buat pacaran kalo malem. Kok ya ceweknya mau gitu diajak pacaran di lapangan 😐
ngeriiii
ngeri kenapa, Ngga? :))
Lampu taman kayaknya asyik tuh buat nyante-nyante bareng pasangan..
Nah, saya belum pernah coba. Jadi nggak tahu. Kalo buat nongkrong sama temen2 juga asik kok.