Alarm berbunyi 5 kali saat pagi
Percuma, bangun pagi pun masih tergeletak seperti mati
Menghitung hari
Lalu merasa sepi
Walau lebih sering tidur kembali
Dan mendadak bangun untuk terburu-buru mandi
Selalu terlambat tapi tak peduli
Rute dan jalanan masih yang sama
Tapi rasanya sudah berbeda
Semua berubah tapi tak kasat mata
Kadang mikir, kenapa tak tiba-tiba mati saja
Tapi apa daya
Nanti banyak yang berduka
Apalagi orang tua
Bergerak selayaknya zombie korporat
Duduk, taruh pantat
Menyalakan monitor dan mulai berkutat
Lebih seringnya hanya diam pada banyak saat
Kenapa setiap hari rasanya seperti tersesat?
Sesungguhnya mungkin lebih nikmat
Jika kita jadi orang jahat
Deadline yang terlewati
Pekerjaan yang jadi membebani
Waktu berlalu tanpa arti
Besok harus begini lagi
Lebih banyak lari sendiri
Ke tangga darurat atau taman untuk sembunyi
Lalu menangis seperti bayi
Kenapa dua puluh empat jam lama sekali
Jika malam akhirnya datang
Dan semua orang beranjak pulang
Akhirnya tersisa sendiri dan pura-pura menghilang
Atau keluar ke sana ke mari dan berlagak jalang
Padahal cuma sekedar merasa malang
Sepertinya tiap jam begitu lambat
Tapi besok pagi pasti datang dengan cepat
Mengapa siang terasa lambat bergegas
dan malam terasa lekas
Ketika masuk kamar tiga kali tiga
Hanya sepi lagi yang ada
Seperti kanker yang selalu bersama
Tak sakit tapi kita tahu Ia ada
Setidaknya nyaris dua puluh empat jam berlalu
Paksa diri tidur lagi
Walau takut mimpi buruk menghampiri
Tapi bukankah dunia tidak akan berhenti
Walau kita sedang merasa mati?
Esok, jangan bilang “Selamat pagi”
Katakanlah, “Anjing, sudah pagi lagi?”
Kemudian topengnya harus dipakai kembali
Biar orang tak tahu bahwa aku masih mati