Nina pergi ke Pantai Kupu Kupu untuk mencari tujuan hidupnya.
Berapa orang dari kita yang masih bertanya-tanya ingin menjadi apa, ingin melakukan apa?
Dia bertemu Sam, seorang musisi indie, yang sedang mendamba kekasih.
Berapa orang dari kita yang merindukan untuk disayangi oleh orang yang benar-benar kita inginkan?
Nina adalah remaja yang mencari tujuan hidupnya, mencari kebebasan. Sam adalah pemuda yang sudah bebas, namun justru sebaliknya, merindukan seseorang untuk menjadi tempat dia menetap. Keduanya, secara sekilas, adalah dua pribadi yang bertolak belakang. Mereka bertemu di suatu kota, di mana Pantai Kupu Kupu menjadi daya tarik utama kota tersebut. Itu, dan legenda yang melekat padanya.
Kisah mereka dalam novella ini hanya berjalan kurang dari 24 jam, dan dalam waktu yang singkat itu, perlahan kita akan dibawa mengenal mereka, menyelami pikiran karakter-karakter yang ada di dalamnya. Tentang kebebasan, tentang cita-cita, dan jatuh cinta.
Elia, nggak pernah saya ragukan, adalah seorang penulis berbakat. Dari awal novella ini digarap olehnya, walau genre tulisan ini bukan favoritnya, ia menaruh hatinya sepenuhnya di dalam karyanya yang satu ini. Dan saya berani bilang, untuk sebuah karya debut, Pantai Kupu Kupu tersaji matang dengan penulisan yang baik, gaya bahasa yang sedikit jahil, dan alur yang rapih.
Saya suka pada detail-detail true events menarik yang dia tambahkan dalam Pantai Kupu Kupu, seperti bagaimana ia memberi sedikit cerita tentang Christopher McCandles, atau membiarkan kita mengintip novel Jack Kerouac kesukaannya, atau penjelasannya tentang hippies dan hipster. Pantai Kupu Kupu tidak hanya memberi cerita, namun sekaligus sejarah.
Jika membacanya lebih dalam, kita juga akan dihadapkan pada kegelisahan-kegelisahan anak muda; tentang kebebasan, pencarian jati diri, dan menjadi diri sendiri. Dan bisa saya bilang, Elia tidak sembarangan menulis dan menuangkan opininya (atau opini orang lain yang ia selipkan dalam Pantai Kupu Kupu). Sebagai pembaca, saya cukup puas melihat hasil karya yang dipersiapkan dengan matang dan bertanggung jawab.
Tentu saja saya berharap seandainya Pantai Kupu Kupu dibuat lebih panjang dengan alur yang lebih rumit, isi lebih tebal, dan kisah cinta yang lebih menonjol. Tapi kalau begitu jadinya novel, bukan novella. Tapi Pantai Kupu Kupu mungkin akan lebih menarik jika Elia menambahkan lebih banyak “rasa” daripada deskripsi suasana dan adegan (somehow saya rasa Elia nggak akan setuju dengan protes saya :p).
Pantai Kupu Kupu adalah sebuah novella yang layak banget dibeli dan disimpan. Mungkin bukan tipe cerita yang disukai semua orang. Mengingat kita terbiasa membaca novel dengan alur panjang dan konflik yang rumit. Pantai Kupu Kupu bisa dibilang sebuah kisah yang simpel dan sederhana. Dan daripada memberikanmu drama, sebenarnya lebih banyak mengajak berpikir dan merenung. Apalagi untuk saya. Buat saya, Pantai Kupu Kupu sangat personal. Bukan, bukan karena dalam Pantai Kupu Kupu ada nama saya.
Tapi pada bagian tertentu, itu ngena ke saya. Terutama ketika Elia menulis tentang topik kebebasan.
Dan memang, pada dasarnya Pantai Kupu Kupu membicarakan 2 hal yang paling dirindukan oleh manusia.
Kebebasan.
Dan jatuh cinta yang sebenar-benarnya jatuh cinta.
Selamat membaca 🙂
JLEB banget, Le. Jleb banget. *kemudian melangkah gontai*
Nanti juga lama-lama nemu. Mungkin malah nggak lama. Kita nggak pernah tahu.
Setuju-setuju aja kok gue sama masukan lo. Tapi beberapa orang juga bilang, mereka suka Tai Kuku karena nggak drama. Pada dasarnya, gue akan pake pendekatan beda-beda untuk setiap karya gue, supaya terasa progresif dan inovatif dan orang gak bisa bilang, “Gaya kayak gini, struktur kayak gini, itu template-nya Elia Bintang.”
Stop saying Tai Kuku :))))))