Tahun lalu, saya melewati ulang tahun tanpa (mantan) pacar untuk pertama kali. Sebagai gantinya, saya membelikan diri saya sendiri sebuah travel guitar serta tiket ke Jogja. Secara garis besar, saya kesepian, tapi saya bahagia.
Tahun ini, ulang tahun saya ditemani pasangan, sebut saja Si Abang, yang menyempatkan memberi kejutan kecil-kecilan: rainbow cake dengan lilin, serta kado t-shirt bergambar salah satu band favorit saya sepanjang masa.
Saya meniupkan lilin sambil mengucapkan doa kami berdua di dalam hati. “Kami berdua”, karena sebelum saya meniup lilin, dia sudah request duluan minta saya berdoa tentang apa. Curang. Tapi saya bahagia.
Saya tidak pernah menyangka bahwa saya akan sampai di titik ini hanya dalam waktu kurang dari setahun. Sampai saya curiga jangan-jangan tuhan lagi bercanda, dan nanti dia bakal mengambil semuanya dan ketawa di depan muka saya sambil berujar, “Kena, deeehhhh!”
Kalau harus menggambarkan kondisi saya yang sebenarnya, mungkin saya akan bilang begini: seperti patung keramik pecah yang sudah ditambal – utuh tapi penuh retakan, gampang pecah dan tidak enak dilihat. Secara konstan, saya selalu merasa seperti berjalan di atas es yang tipis. Saya selalu merasa ketakutan.
Walau begitu, saya nggak ingin menjadikan ketakutan saya sebagai bahan minta dikasihani. Terutama pada pasangan saya. Karena toh, nggak akan ada satupun orang yang ngerti. Dan itu wajar. Kita nggak bisa berharap orang lain ngertiin diri kita, karena kadang diri sendiri aja masih nggak ngerti.
Saya berusaha memahami konsep tersebut selama setahun lebih, berusaha menjalaninya juga. Tapi sulit banget. Yang saya bisa coba lakukan sekarang adalah untuk tidak menyia-nyiakan hal yang baik, sekaligus tidak mempertahankan hal yang buruk untuk saya. Karena baik ataupun buruk, ketakutan saya nggak akan bisa hilang sampai saya sendiri berubah.
Kini saya sudah berusia 29 tahun, merasa ketakutan sekaligus ingin mengambil resiko dan berkata “Fuck it!” Jika saya bisa melampaui Februari 2014, seharusnya saya bisa melampaui apapun.
kurang dari setahun….. you’re so lucky
Kalau pikiran positif, entah kenapa banyak hal positif juga yang datang. Perasaanku gitu, sih, Mbak. Wait and see aja. Pasti nanti ada giliran Mbak Titik 🙂