Tentang Tuhan dan Percaya

Dalam salah satu sesi saya dengan terapis saya, ada satu pertanyaan yang dilontarkan olehnya. Ia menanyakan apakah saya percaya tuhan dan pergi ke gereja regularly. Saya jawab “tidak”. Kenapa, tanyanya. Saya jawab, menurut saya kegiatan itu nggak logis. Nyari simpel aja.

Malam ini, teman saya menanyakan hal yang sama lagi. Dan kali ini saya memberi jawaban yang sebenarnya.

Sejujurnya, saya pernah menjadi faithful believer. Dikit-dikit berdoa, tiap minggu ke gereja, aktif di kegiatan gereja, bahkan bergabung sama semacam training camp yang diadakan katedral.

Saya kehilangan kepercayaan saya tahun lalu. Saya nggak bilang saya menjadi atheis. I just… lost everything i once believed.

Kenapa?

Karena kalimat ini: “Aku bakal doain kamu biar dapat lelaki yang terbaik, yang sayang sama kamu apa adanya.”

Atau kira-kira seperti itu. Saya lupa.

Saya benci tuhan karena hardcore fansnya.

Saya nggak ngerti ketika melihat orang bisa menyakiti orang lain, kemudian mikir bisa menyembuhkan luka orang itu dengan “mendoakan”. Kemudian merasa semua dosanya terbayar. Dia bahkan nggak pernah minta maaf sama saya. Minta maafnya sama tuhannya doang.

Read my lips: you’re not the one who live with the fucking consequences.

Kalau saya ketemu orang yang ngucapin kalimat itu ke saya lagi, saya mau tanya, “When will your god answer your prays? Were your prays mean nothing to your god?”

Waktu itu saya benci tuhan karena melihat gimana orang-orang munafik ini terus mengucapkan kalimat yang sama. Tuhan yang bikin keadaan jadi begini. Semua ini diatur tuhan. Nanti tinggal berdoa sama tuhan. Minta maafnya sama tuhan aja udah cukup. Kalau saya berdoa, semua kejahatan saya dimaafkan.

Buat apa ada entitas yang bernama tuhan dan pegangan yang bernama agama kalo toh ujung-ujungnya dipake buat nyari pembenaran saat lo menyakiti orang lain? In the end ini bikin saya mikir, agama dan tuhan cuma mainan orang-orang munafik. Dan saya nggak mau menjadi makhluk yang sama kayak mereka. Saya merasa jijik.

However.

Setelah nyaris 2 tahun akhirnya saya berdoa lagi. Berdoa beneran. Bukan yang sekedar basa basi karena terbiasa. Hal ini selain karena disuruh terapis saya (dia ngasih saya alasan yang logis banget kenapa saya harus percaya tuhan), juga karena saya sadar satu hal… saya udah berjuang mati-matian untuk melawan depresi saya, tapi ternyata nggak berhasil. Saya sudah olah raga, main ke sana ke mari, curhat, nulis, nggambar, kerja, belanja, mabok, semuanya nggak berhasil. Sampai akhirnya saya memutuskan mencari bantuan professional.

Ternyata, ada hal-hal yang nggak bisa saya perbaiki walau saya sudah berusaha mati-matian. Dan saya benar-benar merasa nggak berdaya.

Kemudian, saya mulai berdoa pada obyek superstitious yang saya sendiri masih mencoba memahami. Pada akhirnya, memang manusia butuh percaya sama sesuatu yang nggak ada, yang nggak akan pernah bisa interaksi dua arah, jadi nggak bisa ngejahatin lo secara fisik maupun verbal. Seperti placebo ilusif bikinan kepala kita sendiri, agar kita waras. Sesuatu yang nggak akan pernah bikin kita kecewa, karena kita percaya, doa kita bukannya nggak dijawab, hanya sekedar ditunda atau diberikan sesuatu yang lebih baik (ini mind trick yang luar biasa menurut saya).

Tapi ada sesuatu yang adik saya bilang dan membantu saya untuk percaya lagi sama tuhan; “Kita nggak perlu jadi relijius agar bisa menjadi spiritualis.”

Well, ok then.

At least saya setuju satu hal. Di semesta ini, ada sesuatu yang lebih besar dari kita. Dan cuma doa (atau meditasi) yang bisa menghubungkan kita sama semesta. Toh kita cuma partikel dari sebuah sistem yang lebih besar. Dan mencoba keluar dari sistem ini hanya mengacaukan sistem di dalam diri kita sendiri.

ps: tulisan ini diketik dalam keadaan sober

Published by

macangadungan

Fulltime Dreamer

13 thoughts on “Tentang Tuhan dan Percaya”

  1. Aku percaya tuhan, tapi ga percaya manusia. Termasuk ga percaya sama orang yang bilang akan mendoakan kita. Cuma karena aku percaya tuhan, maka aku percaya tanpa didoakan pun tuhan akan berikan apa yang pantas aku terima.
    Bapakku pernah bilang, berdoa itu blum tentu dikabulkan tuhan. Tapi, berdoa adalah pelarian yang baik dan mudah. Maka dibilangnya, ga ada ruginya berdoa.

  2. hai mba, i’ve been in ur situation, diselingkuhin pacar yang udah saya percaya lebih dari 4 tahun, and dia lebih milih cewe itu ketimbang saya dengan embel2 katamya dia udah sholat istikhoroh, yg ga tau kenapa saya mikir ini cuma akal2an dia aja, whether he did it or not actually none of my business, dan entah kenapa dia tiba2 ngomong ky gitu, jd seperti pembelaan buat kelakuan dia yg lebih milih cewe yg baru dikenalnya 2 bulan itu ketimbang cewe yg udah setia sama dia 4 taun lebih, so I said to him, ngga usah bawa2 sholat istikhoroh, ibadah urusan kamu sama Tuhan, karena saya percaya kalau dia pria yg ngerti agama harusnya dia tau kan ya kalau yg namanya selingkuh itu salah dan dia ngga perlu pake pembelaan dia udah ngelakuin sholat istikhoroh yg mana hasilnya dia lebih milih selingkuhannya ketimbang saya, and ya dia juga bilang dia akan terus ngedoain saya, what the most hypocrite words I ever heard 🙂

    1. Dulu mantanku malah bilang, selingkuh itu gak salah. Soalnya belum nikah. Jadi nggak bisa dibilang selingkuh.

      Aku kalo inget itu jadi mau ketawa :))

      Dimaafin aja. Percaya sama aku, km bakal dpt yg lbh baik. Dan dia bakal nangis2 pas tahu wanita pilihannya ternyata nggak sebaik kamu.

  3. kalo saya ngga nyalahin Tuhan sih mba, cuma jd jijik banget sama mantan saya yg pake bawa2 nama Tuhan buat pembelaan kelakuan dia yg jelas2 bejat, yg masih saya inget pas saya tanyain solusinya buat masalah ini (masalah dia selingkuh) adalah dia cuma bilang solusinya cuma pasrah sama Tuhan, semua udah diatur sama Tuhan, like wtf 😀

  4. Udah baca semua tulisannya kakak Lea. sumpah bagus, pengalamannya hampir sama kayak akuu. waiting for your inspirational true story (more)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s