Tentang Terjebak

Salah satu hal yang menurut saya paling menakutkan dari depresi adalah perasaan bahwa saya nggak akan pernah keluar dari kondisi ini. Bahwa saya akan seperti ini selamanya.

Hi. Saya Lea. Depresi saya relaps pertama kali pada tahun 2014 ketika saya diselingkuhi oleh kekasih saya yang telah bersama selama hampir 7 tahun, mendapat diagnosa depresi pada tahun 2015 ketika pertama kalinya saya mendatangi psikolog, dan dicurigai bipolar oleh psikiater saya pada tahun 2019. Sejak November 2018 hingga sekarang saya masih mengkonsumsi anti depressant dan obat penenang setiap hari.

Hingga hari ini, saya masih berjuang melawan keinginan untuk bunuh diri.

Dan kini, saya sedang tersesat.

Jangan bayangkan saya sebagai sosok yang murung dan selalu melamun. In daily basis, saya sering tertawa, melempar jokes, cerewet, nongkrong ke sana dan ke mari, bekerja dengan baik di kantor, makan teratur, dan mulai olah raga teratur. Saya punya mimpi dan ambisi.

Tapi sejujurnya, di dalam batin saya, saya sedang tersesat.

Ada lubang di dada saya yang kadang membuat napas saya sesak dan jantung saya berdebar kencang, namun saya tidak menemukan alasan atau pemicunya. Ketika saya terdiam sambil memandang kosong melalui kaca mobil taksi online di jalan, saya membayangkan kematian secara obsesif. Saya merasa kematian adalah satu-satunya solusi agar saya tidak merasa sakit di dada.

Akhir-akhir ini saya berjuang setiap hari agar sanggup bangun dari tempat tidur dan bergerak keluar dari kamar kosan saya. Saya merasa ingin selalu berdiam diri di kamar dan tidur tanpa terbangun.

Padahal tidak ada hal mayor yang bisa saya komplain dari kehidupan saya.

Penghasilan saya tidak besar, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup. Pekerjaan di kantor saya memang cukup membuat stress dan banyak tekanan tapi masih bisa ditangani, tubuh saya sehat secara umum, saya dikelilingi teman-teman yang baik dan sepemikiran, tidak punya hutang, dan masih banyak lagi yang bisa saya syukuri. Namun ada rasa lelah yang mengganggu saya, rasa lelah yang tidak bisa dijelaskan. Perasaan ingin tidur dan tidak bangun lagi. Perasaan ingin berhenti menjalani hari dan berwujud menjadi nihil.

Jika ada yang bertanya, “Are you okay?”, saya sulit menjawabnya. Nggak ada satupun hal yang bisa saya keluhkan selain ketakutan-ketakutan tidak beralasan yang berasal dari dalam pikiran saya. Bagaimana saya bisa menjelaskan ketakutan itu jika saya sendiri tidak mengerti apa yang saya rasakan?

Saya hanya ingin tidur dan tidak terbangun lagi. Saya merasa lelah dan seperti tidak menemukan jalan untuk menuju ke manapun. Dan saya tahu, pikiran seperti ini adalah pekerjaan dari depresi yang saya idap.

Banyak yang bilang olah raga bisa membantu penderita depresi. Dan mungkin ada benarnya karena kadang saya merasa lebih baik setelah olah raga. Tapi setelah itu apa? Sama seperti anti depressan saya, semuanya hanya sementara. At the end of the day, saya tetap merasa lelah dan ingin berhenti berjuang.

Saya olah raga, membaca buku, mencari kutipan motivasi, berdoa, dan minum obat. Tapi semuanya hanya sementara. Seperti menambal keran bocor dengan kapas.

Dan kadang saya bertanya, jika saya tidak pernah diselingkuhi oleh mantan kekasih saya, apakah hidup saya dan diri saya akan lebih baik?

Sayang aja dalam hidup tidak ada yang namanya putar balik. Yang terjadi sudah terjadi, damage been done, suck it up, move on.

I just wish that moving on is really that easy. I wish i can erase all these dark thoughts and pain forever. I wish i can wake up in the morning everyday with happy feelings, be more motivated, and love myself more.

Semoga suatu hari itu datang.

Published by

macangadungan

Fulltime Dreamer

One thought on “Tentang Terjebak”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s