Bye Grandpa…

Hari ini Kakek gue *atau Ompung, meninggal. Jam 1 subuh.

Almarhum menderita tumor di leher sekaligus leukimia. Dan setelah perjuangan selama beberapa bulan, Tuhan ternyata begitu menyayangi almarhum dan menginginkan almarhum lekas kembali ke pangkuannya. Continue reading Bye Grandpa…

Pameran Illustrasi Komunitas maros : Laporan dari TKP

Gara-gara ini nih saya ga bisa dateng ke Pesta Blogger XD Sayang sekali ya?

Katanya saya dicariin, sampe ge-er nih XDDD *pdhl yg nyariin cm 1 org kali…

Ini adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi saat Pameran Illustrasi Maros.

Continue reading Pameran Illustrasi Komunitas maros : Laporan dari TKP

First Time in Bali!

sebelumnya…

maaf 2 minggu ini ga bisa browsing dan blog walking, begini loh ceritanya sampe gue sempet ngilang bentar….

Gue sering ke Ambon dan sempat menetap di sana, ke Medan apalagi, pernah tinggal di Samarinda setahun, pernah juga ke Batam, Malang, Surabaya, Bandung, Makasar, Palembang, Pekan Baru, Balikpapan, bahkan ke kampung primitifnya suku Dayak yang masyarakat perempuannya ga pake be-ha. Tapi… gue belum pernah ke Bali…

Mungkin ada yang bakal nyeletuk, “Ya ampuunn… kemana aja lo hari gini ga pernah ke Bali??” hehehe… padahal Bokap Nyokap gue sering ke Bali, TAPI BERDUA DOANK. ANAK2NYA YANG LUCU DAN MANIS INI GA PERNAH DIAJAK SEKALIPUN LOHHH…

Namun, akhirnya, gue dan adek2 gue pun diborong ke Bali secara mendadak oleh si Bokap dan Nyokap. Hihihi… akhirnya senangnya! Continue reading First Time in Bali!



aku tidak pernah menjanjikan
bahwa aku tidak akan pernah melukaimu
-kamu masih ingat?

aku tidak pernah mengatakan
bahwa aku tidak akan meninggalkan kamu
-kita tidak akan pernah tahu

aku mungkin akan melukaimu berkali-kali
aku mungkin akan merobek-robek sayapmu
aku mungkin akan membuatmu menjadi semakin rapuh

tapi aku tidak pernah akan menyakitimu dengan sengaja

nanti…
di setiap luka yang aku buat,
biar aku yang membalutnya

saat kamu lelah menghadapiku,
aku akan memberi kamu waktu sejenak untuk beristirahat dari egoku

andai kamu begitu marah dan membenciku
aku akan pergi jauh
dan menunggumu di sana
sampai bencimu hilang

dan apabila kamu tidak pernah datang menjemputku
aku akan tahu, saat itu aku harus beranjak

tapi sayang…
jika di semua waktu yang tersepikan
di semua episode yang penuh elegi
ternyata kamu masih ada di sana
bertahan dan terengah-engah

aku akan datang memelukmu
dan membisikkan

“in the confusion and the aftermath..
i will always be your signal fire
at least… ill always try…”


…dan saat itu, aku tidak akan pernah berniat untuk melepaskanmu…

nafas

nafas kita kini makin sempit
bukan karena udara yang mulai habis
atau ruang yang semakin padat
tapi justru karena sepi
kita semakin menyesak
merabun menjadi buih yang tak bersenandung
berguling cepat di rotasi ini
dan pecah
pecah yang sepi
nafas kita menjadi semakin sesak
yang setiap saat menyublim menjadi tangis hampa
sepi ini darimana?
dari embun pagi yang dilupakan oleh malam
dari srigala jantan yang dihengkang kawanannya
dari sinar bulan yang redup karena mendung
atau dari sengal nafas diri yang meregang nyawa?
kita telah lelah menyangkal segala sepi
dan ia menjadi begitu dekat
tertelan utuh ke dalam nadi
membaur larut menjadi jiwa kita
sepi ini laknat
dan nafas kita semakin meregang