Minggu lalu saya kebetulan harus ke Surabaya untuk urusan kerjaan. Iseng, saya dan teman memperpanjang hari kami di Surabaya agar bisa liburan sebentar. Kami putuskan untuk menginap semalam di Surabaya dan semalam di Malang karena penasaran ingin mampir ke Jatim Park yang tersohor itu.
Hari pertama di Surabaya, yang kami lakukan hanya kuliner di pusat kota. Berikut nama tempat makan yang kami sambangi:
Warung Soto Wawan
Jln. Mayjend Sungkono 86, Surabaya
Harga: Mulai dari 20ribuan. Ramah di kantong 🙂
Letaknya tidak terlalu jauh dari Tunjungan Plaza. Menu andalan mereka adalah Soto Daging Campur yang berisi babat, paru, daging, hati, usus, dan telur rebus. Saya sendiri memesan Soto Daging tanpa jeroan karena saya memang bukan penggemar jeroan.
Saya sempat meminta koya, tapi dikasihnya malah bawang goreng. Jadi, ya, ternyata di Surabaya itu koya bisa berarti bawang goreng, bisa juga bubuk koya. Makanya kamu harus menjelaskan yang kamu minta itu koya apa.
Rasanya sendiri gurih, dagingnya juga lembut. Jadi nggak salah kalau Soto Madura mereka jadi andalan.
Selain itu saya juga memesan Nasi Goreng Mertua, Kangkung Pedas, serta Bebek Ndelik dan Ayam Ndelik. Dan untuk dua menu terakhir, ternyata enak banget! Bebek dan ayam-nya digoreng kemudian ditambahkan bumbu rempah yang gurih dan tidak terlalu pedas.
Kurangnya cuma satu di sini, pelayanannya agak mengecewakan. Koya/bawang goreng yang diberikan sudah bersemut. Pelanggan lain yang datang setelah saya mendapatkan pesanannya lebih dulu, sementara pesanan saya lama sekali datangnya.
Mie Tidar
Jl. Tidar no. 20A, Sawahan, Surabaya
Harga: Nyaris 30ribu, tapi karena porsinya jumbo dan rasanya cukup enak, jadi wajar saja lah.
Sebagai penggemar mie ayam, saya juga mencoba salah satu kuliner yang cukup direkomendasikan ini. Ternyata tempatnya tidak semenarik harapan saya. Khas warung makan ruko biasa.
Mienya sendiri menurut saya standar. Enak. Tapi standar. Karena saya sering nemu yang kayak gini di Jakarta. Ala mie ayam warung cina (no racist, ini pujian). Saya lebih suka mie ayam yang teksturnya keriting dan kenyal, sementara di sini walau sama kenyal, modelnya lebih halus dan lemas. Kalau boleh membandingkan, masih lebih enak Mie Luwes dekat Stasiun Sudirman. Hehehe…
Saya memesan mie ayam dengan bakwan, karena penasaran mie pake bakwan tuh gimana. Eh, ternyata di Surabaya itu bakwan adalah bakso. Iya, bakso sapi biasa.
Selain itu saya juga mencicipi es teler dan es campurnya. Rasanya biasa saja. Disajikan dalam piring instead of mangkuk. Kolang kalingnya keras. Mungkin saya lagi apes aja. Selain itu kurang higienis karena mereka pakai es batu balok yang besar, yang biasa dipake abang es campur gerobak. Udah gitu saya sempat melihat mbak yang bikin es campur cuci tangan di wadah penampungan es yang sudah diserut. Hehehe…
Tapi kalau soal pelayanan, Mie Tidar ini pelayannya ramah-ramah dan gesit. Jadi dengan mie yang cukup enak dan pelayanan yang cukup baik, boleh lah mampir ke sini kalau di Surabaya.
Boncafe
JL. Pregolan No. 2, Surabaya
Harga: Untuk steak, mulai dari 70ribuan. Untuk variasi es krim, mulai dari 30ribuan. Untuk ambient yang romantis serta rasa yang istimewa, layak banget!
Hasil ngecek-ngecek di google, restoran yang satu ini sangat direkomendasikan dan disebut-sebut sebagai legend. Akhirnya dengan ekspektasi tinggi, saya mampir ke sana. Dua kali. Siangnya makan steak, malamnya makan es krim.
Saya memesan steak tenderloin biasa, sementara teman-teman saya ada yang memesan steak kebab dan steak tenderloin import.
Dengan harga sekitar 80ribu, saya bisa bilang harganya sesuai dengan rasanya. Penyajian menarik, menggunakan kentang rebus marinated, dan dagingnya cukup banyak. Sekitar 170 gram kalau tidak salah. Dagingnya cukup empuk dan rasanya juga lumayan.


Untuk steak kebabnya, disajikan dengan atraksi tusuk dan bakar di depan meja kita. Kalau di Restoran Oasis jalan Raden Saleh, steak kebab kayak gini harganya lebih dari setengah juta. Sementara di Boncafe nggak lebih dari 100ribu rupiah. Mayan lah…
Namun yang paling saya suka adalah ambient restoran ini. Bergaya ala jaman kompeni dengan meja dan kursi kayu, lantainya juga kayu. Benar-benar makan a la nyonya belande.
Malamnya ketika saya kembali lagi, saya mencoba menu yang berbeda. Saya memesan es krim liquor mereka. Isi es krim saya adalah es krim coklat dengan kahlua. Es krimnya sendiri sudah enak ya, ditambah kahlua rasanya bikin saya meleleh.
Selain itu saya dan teman saya juga mencicip es krim liquor yang terdiri dari 3 scope es krim berbeda rasa ditambah jelly dan rum. Rasanya manis dan cocok sekali dengan jellynya karena rasa alkoholnya jadi lebih netral.

Kedua es krim tersebut masing-masing harganya sekitar 40ribuan dan menurut saya cocok sekali dengan penyajian yang manis serta rasanya yang enak.
♦
Hari ke dua, kami berangkat ke Malang dari hotel tempat menginap menggunakan travel. Dengan membayar 95ribu rupiah, kami dijemput ke hotel menggunakan mobil Xenia. Tidak terlalu mewah. Kami duduk di kursi paling belakang dan AC-nya nggak nyampe ke belakang. Total penumpang ada 6 orang sudah termasuk driver, jadi minimal nggak sempit-sempitan. Selain itu drivernya lumayan ramah dan bisa diminta mampir ke sana ke mari. Kami bahkan mampir makan serta mencari hotel di Batu, Malang. Supir tidak mengeluh bahkan mengantar dengan senang hati. Hanya perlu menambah tip 20ribu serta traktir makan.
Bagi yang mencari travel untuk ke Malang, bisa langsung menghubungi Queen Travel. Operator mereka siap melayani 24 jam.
Sesampainya di Batu, Malang, kami menginap di Grand Batu Inn. Letaknya persis di sudut pertigaan jalan raya arah Jatim Park 1 dan Jatim Park 2. Dari sini bisa jalan kaki ke Jatim Park 2. Selain hotel ini, di sekitar Jatim Park 2 cukup banyak hotel dan guest house dengan harga lebih murah dari hotel saya. Jadi, kalau go-show ke Batu Malang, jangan takut kehabisan tempat menginap.
Anyway, kalau ditarik garis besarnya, Jatim Park 1 itu theme park yang lebih fokus ke tema budaya dan kesenian, sementara Jatim Park 2 fokusnya ke flora dan fauna. Di Jatim Park 1, kata teman saya, isinya kayak Taman Mini. Kalau Jatim Park 2, isinya kebun binatang, museum hewan, dan themed park yang terdiri dari berbagai macam atraksi yang cukup seru.
Di sekitar Jatim Park 1 dan 2, banyak tempat yang patut dikunjungi seperti Eco Green Park, Batu Night Spectacular, Museum Angkut, Predator Fun Park dan lainnya. Cocok untuk jalan-jalan bersama keluarga dan teman. Nggak perlu ke semua tempat, kok. Minimal Jatim Park 2, Museum Angkut, dan Batu Night Spectacular.
Menempuh perjalanan sekitar 4-5 jam dari Surabaya ke Batu, kami sampai di hotel sekitar pukul 1 siang. Lanjut makan siang, check-in, beberes dan menunggu hujan, kami berangkat ke Jatim Park 2 pukul 3 sore. Dengan menunjukkan boarding pass tiket pesawat, kami mendapat diskon tiket sebesar 20%.
Untuk harga normal, kalian bisa masuk ke Jatim Park 2 dengan merogoh kocek sebesar 105ribu. Dengan tiket tersebut kalian mendapat akses ke Batu Secret Zoo dan Museum Satwa.


Oke, tanpa bermaksud lebay, Batu Secret Zoo adalah salah satu kebun binatang terbaik yang pernah saya datangi. Penataan layout dan jalur jalannya sangat baik, sehingga kalian pasti nggak akan melewati satupun kandang hewan. Selain itu, saya mendapat kesan bahwa hewan di sini diurus dengan baik. Secara garis besar hewan-hewannya sehat, kandang dan area pengunjung pun terjaga kebersihannya.
Dan selera humor orang-orang yang membangun kebun binatang ini juga sangat terasa. Misalnya, saat dia zona akuarium, saya melihat ada akuarium berisi ikan, dan kelinci. Lalu ada tulisan keterangan KELINCI LAUT. Saya cengok sebentar.

Nggak mungkin lah. KELINCI KAN GAK PUNYA INSANG!
Setelah melihat dengan teliti, baru saya sadar kalau akuarium kelinci dipisah namun diletakkan di tengah akuarium ikan. Jadi terlihat seakan ia sedang berada di tengah air. Saya pun tertawa sambil bersungut-sungut. Saya nyaris percaya ada kelinci yang bisa hidup di air. Kampret.
Selain itu, di area binatang savannah, dengan kurang ajarnya pengelola kebun binatang memasang foto-foto die cut orang-orang suku Afrika. Seperti di film God Must Be Crazy. Saya nggak bisa menahan diri untuk nggak nyengir-nyengir bego melihat die-cut orang-orang savannah yang sedang jongkok atau berdiri kebingungan di tengah kumpulan Zebra.
Setelah melewati area kebun binatang, kita digiring ke arena bermain yang berisi versi sederhananya Dunia Fantasi. Cemen? Nggak. Kalian harus coba main ke Horror House mereka.
Instead of pakai troli ala ala rumah hantu biasanya, di sini kita masuk harus jalan kaki. Kayak rumah hantu di Taman Safari, tapi percaya lah, ini lebih menegangkan. Saya sampai jerit-jerit di dalam karena banyak atraksi seram yang mengejutkan. Penataan momen elemen kejutnya pas banget. Kata teman nge-trip saya, tangan saya sampai kerasa banget kedinginan.
Akhirnya kami keluar dari Batu Secret Zoo setelah matahari terbenam. Tanpa basa-basi, menggunakan ojek, kami melipir ke Museum Angkut/Museum Transportasi yang lokasinya lebih jauh sedikit dari Jatim Park 1.
Harga tiketnya sekitar 80ribuan untuk masuk ke Museum Angkut dan Museum Topeng. Di area tersebut juga ada zona kuliner yang menyediakan cukup banyak pilihan. Saya makan nasi madura yang lumayan enak, dan teman saya makan bakso yang biasa-biasa aja.
Waktu kami berkeliling hanya 1,5 jam karena Museum Angkut tutup pukul 8 malam.
Museum ini adalah surganya penggemar mobil dan motor klasik. Fix. Semua jenis mobil klasik di film mafia, perang, dan balapan jaman dulu ada di sini. Semuanya dalam kondisi baik, terawat, bahkan sebagian besar masih bisa dioperasikan.

Tidak hanya mobil dan sepeda motor antik, di sini juga ada sepeda, becak, pesawat, diorama kapal, truk, lokomotif, hingga andong. Dengan rapihnya, kendaraan-kendaraan ini dibagi dalam tema terpisah. Mulai dari area khusus kendaraan kenegaraan, mobil antik jaman perang, hingga mobil ala film mafia. Beberapa lokasi bahkan disulap seperti suasana kota tertentu dan mengingatkan saya sama Universal Studio Singapura. Ada juga area yang dibuat seperti pecinan. Pokoknya, kalian siap-siap baterai handphone untuk foto-foto narsis di sini.

Baydeway, saya bahkan nemu Bat-Mobile dipajang di sini!

Sayangnya saya nggak sempat ke Museum Topeng karena kemalaman.
Waktu menunjukkan pukul delapan malam, dan tanpa lelah, kami lanjut ke Pasar Parkiran dengan berjalan kaki sekitar 1 km. Di sini isinya sama aja kayak pasar malam pada umumnya. Kulineran, dangdutan, arena permainan, food trucks, dan sebuah surga kecil bernama tempat dingdong. YAALLAH DI SINI ADA TEMPAT DINGDONG!
Harga koinnya seribu rupiah per piece, sementara semua permainan cukup pakai satu koin. Mesinnya sih sudah tua, jadi kadang koin bisa tertelan. Saya keasikan main dingdong sampai nyuekin temen ngetrip saya. Ada Street Fighter, King Of Fighter, 1942, dll.
Puas main dingdong dan ngemil lumpia+sosis bakar+bakso bakar ditemani kopi, kami lanjut lagi. Iya bos, kita gak ada capeknya nih walaupun Batu semalam itu sudah lumayan dingin.
Diantar petugas Pasar Parkiran naik motor bertigaan kayak cabe-cabean, kami beranjak ke Alun Alun Batu (eniwei orang Malang baik-baik, ya :D). Kita kasih tips 20ribu sebagai tanda terima kasih.
Di Alun Alun, kami sempat bingung mau ngapain karena ternyata lebih ramai dari yang kami kira. Akhirnya kami memutuskan makan ketan. Kami menemukan tempat kecil dan sederhana dengan plang kecil Ketan Lorong. Dengan harga 5ribu per porsi, kami bisa menikmati ketan dengan toping kelapa serta gula merah cair, dan toping bubuk entah apa yang rasanya gurih. Makannya sambil duduk di gang senggol.

Sehabis itu, kami tertarik mencoba sebuah warung kopi bernama Kopi Letek. Soalnya tempatnya sempit banget, gedungnya jelek, hanya selebar dua meter. Terdiri dari 3 lantai, dan lantai 2 dan 3-nya tidak memiliki penutup di bagian depannya. Cuma lobang gede aja gitu, dan dari lubang menganga itu, kami bisa melihat anak-anak muda Batu duduk dan bercengkerama di pinggiran sambil melihat ke arah Alun Alun.
Kami masing-masing memesan segelas kopi hitam asli dari Malang tanpa gula seharga 7500 per cangking dan es krim. Nama es krimnya ngaco-ngaco. Saya memesan Es Krim Sembarang, yaitu es krim yang dicampur asal-asalan dengan remah oreo, wafer, roti kering, dan entah apa lagi. Tapi sumpah enak! Soalnya seru gitu makan es krim sambil ngunyah yang renyah-renyah gitu. Terus karena isinya macam-macam, jadi rasanya manis, asin, gurih.
Teman saya memesan Es Krim Ya Sudahlah. Isinya roti dengan selai nutella dan topping es krim.
Saat memesan, kalau kalian nanya “Ini es krim isinya apa?”, waiternya nggak akan jawab. Jawabnya “Ya suka-suka lah, isinya.” Jadi semacam penuh kejutan dan bikin penasaran gitu. Harganya sendiri sekitar 20ribuan, tapi patut banget dicoba.

Kami pulang dari Alun Alun menuju hotel menggunakan taksi. Untungnya di Alun Alun memang ada taksi yang selalu stand by. Bayarnya minimum, 30ribu rupiah.
Esoknya kami kembali ke Surabaya dijemput dengan travel yang sama. Dengan ramah, kami diijinkan untuk mampir ke tempat membeli oleh-oleh. Kita tinggal bilang mau beli oleh-oleh apa, nanti drivernya akan mencarikan tempat yang menyediakan oleh-oleh tersebut.
Buat yang nggak sempat berbelanja oleh-oleh, jangan sedih. Saya menemukan jasa pengantar oleh-oleh yang dengan senang hati mampir ke Bandara Djuanda membawakan pesanan kalian. Kalian bisa mampir ke blognya untuk melihat kontak mereka.
Melalui mereka, kalian bisa memesan oleh-oleh khas Surabaya seperti Sambal Bu Rudy dan Kue Lapis Spikoe (FYI ternyata Kue Lapis Spikoe ini enak banget. Cocok banget buat jadi oleh-oleh.) Harganya nggak dinaikkin terlalu jauh, kok. Saya malah merasa terbantu banget sama mereka. Mas yang nganterin juga ramah dan nggak lelet.
Sebenarnya, selain tempat yang saya kunjungi, masih banyak lagi yang menarik. Sayang waktunya nggak cukup.
Overall, Surabaya dan Batu adalah tempat wisata yang menarik. Terutama Batu. Dua hari satu malam itu nggak cukup banget! Semoga satu hari nanti saya bisa main lagi ke sana 🙂