7 Tanda Bahaya di Akun Social Media Pacarmu

Social media itu barang kali sering jadi sumber masalah dalam relationshit. Tapi menurut saya pribadi, bagaimana cara pasanganmu menggunakan dan berinteraksi di social media sebenarnya bisa jadi indikator yang penting untuk kepribadiannya. Orang-orang yang sering selingkuh, misalnya, saya perhatikan memiliki kebiasaan yang sama dalam menggunakan social media.

Banyak alasan yang digunakan untuk tidak mementingkan perilaku di social media, salah satunya yang paling sering saya dengar adalah, “Ini cuma social media. Apa yang ditampilkan di social media kan berbeda dengan kehidupan nyata.”

Continue reading 7 Tanda Bahaya di Akun Social Media Pacarmu

Why Modern Dating?

FWB atau friends with benefits adalah sebuah istilah yang sudah lama saya dengar. Sebuah konsep hubungan yang nggak bisa saya mengerti dan selalu sukses membuat alis saya mengernyit ketika mendengarkan teman-teman saya bercerita soal pengalaman mereka dalam fwb.

Secara garis besar begini. FWB adalah hubungan di mana kalian berteman seperti biasanya, namun seks dan sejenisnya termasuk dalam variabel pertemanan itu, and no strings attached.

Kadang, konsepnya bisa lebih mirip booty call. Kalian nggak ngobrol, nggak berteman, nggak dating, tapi ketika butuh aktivitas fisik, kalian bertemu. Setelah urusan selesai, kalian melanjutkan hidup masing-masing sampai kalian butuh lagi.

Terdengar sangat kejam, kalau bukan sangat dangkal.

Lalu sekarang ada lagi yang namanya modern dating. Sesuatu yang lebih rumit lagi.

Kalian ngedate, punya momen deep conversations, care for each other, kissing dan sejenisnya, terasa eksklusif, tapi kalian nggak punya label apapun untuk hubungan tersebut.

No, i’m not joking. This kind of relationship does exist. Dan nggak sedikit dari teman-teman saya yang terjebak dalam hubungan seperti ini. Bertanya-tanya, “What are we?”, atau sebaliknya, berdoa jangan sampai pertanyaan itu muncul dari partner hubungan ini.

I can’t tell you why modern dating is now a thing. But i can speculate.

1. Dating apps dan social media menciptakan ilusi bahwa kita memiliki banyak pilihan dan membuat kita ingin mencoba sebanyak-banyaknya. Wajah-wajah di instagram, twitter, facebook, terlihat seperti kumpulan produk di dalam katalog. Orang-orang yang secara fisik menarik perhatian kita dan membuat penasaran. Seakan “pacaran” menjadi sebuah konsep hubungan yang terdegradasi. Bahkan di saat seseorang sudah memiliki pacar atau menikah, sedikit fling di sana dan di sini menjadi terasa wajar.

Interaksi di social media membuat kita lupa melihat manusia sebagai individu yang perlu dihargai, individu yang memiliki perasaan dan bisa terluka.

2. Sebagian dari kita sudah lelah dengan dongeng-dongeng a la Disney tentang jodoh, atau cinta sejati, atau apa lah itu. Sehingga apa yang biasa kita sebut dengan cinta, tergerus oleh perasaan sekedar butuh sandaran emosional dan pelepas syahwat. Kita tidak tertarik pada tanggung jawab dalam komitmen; menjaga, merawat, berbagi, mendengar. Buat apa melakukan semua itu jika kita bisa mendapatkan kebutuhan utama tanpa memberi investasi apapun terhadap orang yang menjadi pengisi kebutuhan ini?

3. Kemungkinan ke tiga, mungkin karena memang kita udah nggak percaya lagi sama yang namanya cinta? Kita terlalu sering melihat pasangan suami istri yang selingkuh, hubungan pacaran yang kandas dengan begitu mudahnya despite investasi waktu dan perasaan yang sudah diberikan bertahun-tahun. Kita belajar bahwa nggak ada satupun manusia yang bisa dipercaya. Kemudian kita terjebak pada this s0 called modern dating, dengan keyakinan bahwa tanpa komitmen apapun, mungkin rasanya nggak akan sesakit itu ketika ditinggalkan.

4. Seberapapun kejamnya alasan ini terdengar, kadang seseorang memilih berada di dalam hubungan seperti modern dating, karena pasangannya nggak layak dijadikan “pacar”. Kita ingin merasa disayang, merasakan afeksi, tanpa harus menutup kemungkinan untuk bertemu “jodoh” kita kapanpun. Kasarnya, “You’re just not good enough to be my girlfriend, but i need you to take care of my feelings and needs.” Sampai kemudian akhirnya dia menemukan orang yang dia mau, dan dia bisa pergi begitu aja karena kalian toh bukan apa-apa.

5. Dan kemudian ada alasan bodoh ini. Orang-orang yang nggak suka modern dating, namun terlanjur terjebak di dalamnya. Kalian menyukai pasangan kalian, namun galau sendiri karena dia nggak memberikan komitmen apapun, tidak mengakui kalian sebagai pasangan, tapi memperlakukan kalian sebagai pacar. Dia menghindari pertanyaan, “What are we?”, kalau bukan sekalian ngomong, “We’re nothing and i want to keep it that way.”

Lalu akhirnya kalian hanya bisa diam, mencoba menikmati hubungan nggak jelas ini, karena takut kalau bertanya malah akan kehilangan dia. Diam-diam berharap suatu saat dia memutuskan bahwa dia sayang sama kalian, dan akhirnya kata C dan request untuk naik tingkat jadi P diucapkan. Ended up kecewa karena hal itu nggak pernah terjadi.

Modern dating bukan hal baru juga. Dari dulu kita punya yang namanya TTM dan HTS, menurut saya nggak ada bedanya dengan modern dating. It’s totally ok kalau hubungan kayak gini dijalani oleh pasangan yang memiliki tujuan sama. Yang fucked up itu kalau salah satu pihak nggak being real dan upfront tentang hal yang dia mau, malah mislead pasangannya kemudian tiba-tiba bilang “We’re nothing.” setelah melakukan kegiatan ngedate, midnight calls, kissing, holding hands, etc.

Ditambah dengan adanya istilah “baper” (penemu kata baper kayaknya layak disundut pake piso daging).

Saat lo mulai merasa sayang, cemburu, insecure dll, dengan seenaknya lo dicap dengan kata “baper”, seakan memiliki perasaan adalah sebuah ketololan yang memalukan.

First of all, people do have feelings. If someone can’t deal with your feelings, it’s not your fault. It’s his/her fault for being an ultimate asshole by not respecting your feelings.

Despite betapa menyebalkannya modern dating, dan betapa kacaunya perasaan lo saat terjebak di dalamnya, lo harus sadar satu hal penting.

Lo selalu punya pilihan.

Lo bisa stay di situ dan nikmatin, stay sambil galau dan ngarep, atau pergi gitu aja. Lo nggak perlu terjebak di dalamnya. Lo ngerasa yang lo punya itu nyata, lo juga sayang ama dia, tapi lo merasa kayak berjalan di atas es tipis. Lo takut salah ngomong, lo takut kehilangan dia karena toh kalian bukan pacaran, dia bisa pergi gitu aja. Believe me. It doesn’t matter in the end. Emang kenapa juga kalau nggak ketemu dia lagi? Hidup lo nggak jadi susah, kok. Kalo sedih, palingan sedihnya juga sebentar doang.

Do never afraid of losing what’s never been yours.

5 Cara Mempertahankan Pasangan yang Paling Nggak Banget

Kadang, ada masanya, pasangan kamu udah nggak mau ngejalanin hubungan kalian lagi. Simply karena bosan, gak sayang lagi, atau nggak tahan dengan kamu, atau ketemu gebetan lain yang lebih menarik. Dan seringnya kita nggak mau ngelepas gitu aja. Ya wajar, kita punya investasi perasaan, dan nggak enak banget rasanya jadi orang yang ditinggal.

Pedih, Jendral.

Banyak cara orang lakukan untuk mempertahankan hubungannya. Mulai dari ngemis-ngemis, janji mau berubah jadi lebih baik, ngajak ngobrol cari solusi danlainsebagaibagainya. Bebas sih, mau gimana caranya untuk memperjuangkan orang yang kamu sayang, hubungan yang udah kalian bangun. Wajar.

Tapi, jangan sampai melakukan salah satu dari 5 hal di bawah ini…

1.Mengancam bunuh diri.

Mohon maaf sebelumnya.

LO CAPER BANGET, ANJIS!

*uhuk*

First of all, kalian harus ngerti. Cinta itu nggak bisa dipaksain. Kalian ngancem bunuh diri, kemudian pasangan kalian nggak jadi ninggalin karena takut. Tapi kalian tahu kan, itu bukan sayang, bukan cinta? Itu namanya KA-SIH-AN.

Yah, kalau menurut kalian “Gak apa-apa dia gak cinta gue, yang penting dia gak boleh ninggalin gue!”, saya cuma bisa bilang… kalian adalah jenis manusia paling egois di dunia. Kalian nggak mikirin perasaan pasangan, gak mikirin kalau dia stress dan tertekan karena ulah kalian, gak mau peduli kalau pasangan kalian gak bahagia. Dengan ego sebesar itu, berani-beraninya kalian ngaku sayang.

2.Nyakitin diri sendiri.

Lo caper banget, anjis.

Percayalah. Yang ada pasangan kalian makin ilfil pas dikirimin foto tangan kalian dengan bekas sayatan silet, plus caption, “Kamu yang bikin aku jadi begini 😥 ”

3.Ngemis-ngemis

Saya percaya banget dengan kutipan di bawah ini.

best-love-quotes-if-you-have-to-beg-someone-to-be-in-your-life-they-dont-belong-there

Karena saya tahu rasanya menyayangi seseorang, dia nggak perlu ngemis-ngemis juga saya bakal bertahan di sampingnya. Mau dia nyebelin, keras kepala, cuek, saya nggak ninggalin. Karena saya sayang. Dia nggak perlu nangis-nangis minta jangan ditinggal.

Tapi kalau misalnya udah nggak sayang, mau dia beliin pesawat terbang juga, tetep aja nggak sayang.

Lagian, lebih menarik orang yang bilang, “Aku gak mau putus. How can we fix this?” daripada, “Please jangan tinggalin aku. Please. Tanpa kamu aku cuma bekas bungkus bumbu indomi.”

4.Dari pacar jadi satpam

Saking nggak mau kehilangan banget, trus kamu berubah jadi pacar rasa satpam. Tiap ketemu, cek handphone, cek email, sms, DM di twitter, facebook, sampe ngecek tititnya masih ada di tempatnya atau nggak. Tiap jam, ngecek lokasi pacar, di mana, sama siapa, pake baju apa, bawa duit berapa, lagu kesukaannya apa, trus cita-cita, hobi, sama kata mutiara. Minta send location, foto lokasi, nomor hape temen-temennya, fotokopi akte kelahiran, ari-ari waktu baru lahir, sebelah ginjalnya. Abeessss…..

Kalo orang udah nggak sayang, mau dikontrol kayak gimana juga, isi hatinya mah nggak akan berubah.

5.Alih profesi jadi tukang teror

Mention cewek-cewek yang suka caper sama si pacar di twitter, ngamuk-ngamuk, nyuruh jangan gangguin pacar.

Nanya no hape cewek-cewek yang ada di phonebook pacar. Ditelponin satu-satu.

Saya pernah ditelepon sama pacarnya sahabat, pacarnya mantan, yang marah-marah sama saya. Nanya saya siapa, hubungannya apa. Yang ada, abis itu saya hubungin teman saya dan bilang, “Bisa didik cewek lo dikit, gak?”

Lo (cewek maupun cowok) kalo kayak gitu, cuma bikin malu diri lo dan pasangan lo. Sebagai orang yang pernah diteror begitu, saya malah jadinya ngetawain keduanya. Si ceweknya maupun cowoknya. Kadang malah iseng sengaja manas-manasin kalo ceweknya masih ribet.

Sekarang, kalo pacar lo emang gatel, lo mau neror orang, mo jadi kayak anjing herder yang gonggongin tiap orang yang deketin pasangan lo, gak akan ngaruh. Kalau pasangan lo respek sama lo, sayang sama lo, dia gak akan ngejatuhin lo di depan orang. Dia gak akan gatel sama orang lain.

Dont-Force-Pieces-That-Dont-Fit-1

Trus kalo kalian nanya, “Lah, Le… kalo gitu cara mempertahankan pasangan yang bener, gimana?”

Saya nggak bisa jawab, karena saya selalu percaya, kita cukup berusaha jadi pasangan yang terbaik aja. Kalau misalnya kita udah berusaha setia, ngasih perhatian, menahan marah, kompromi, dan ngertiin pasangan tapi masih nggak cukup buat dia… ya udah. Biarin aja dia pergi. Mungkin emang kita simply gak diciptakan untuk satu sama lain. Nanti pasti bakal nemu orang yang bisa nerima kekurangan kita 🙂

Kalo saya lihat ada cewek genit-genit sama pasangan saya, saya cuma nanya sama pasangan “Ni cewek siapa? Dan apa hubungan kalian?” Abis itu saya diem aja dan merhatiin, mau sampe mana nih. Saya nggak akan repot-repot ngelarang atau ngelabrak ceweknya. Bukan karena nggak sayang, tapi karena saya tahu, kalau dia sayang sama saya, dia gak akan kegatelan sama cewek lain. Karena saya nggak akan pernah kayak gitu sama dia.

Saya lebih takut buang-buang waktu dengan orang yang salah. Patah hati kan sakitnya cuma sebentar. Menghabiskan sisa umur dengan orang yang salah, sakitnya seumur hidup.

Kalau misalnya ada yang punya saran untuk mempertahankan pasangan tanpa ngelakuin 5 hal di atas, silakan aja di-share. Kali-kali ada yang butuh.

Have a great weekend, all!