7 Tanda Bahaya di Akun Social Media Pacarmu

Social media itu barang kali sering jadi sumber masalah dalam relationshit. Tapi menurut saya pribadi, bagaimana cara pasanganmu menggunakan dan berinteraksi di social media sebenarnya bisa jadi indikator yang penting untuk kepribadiannya. Orang-orang yang sering selingkuh, misalnya, saya perhatikan memiliki kebiasaan yang sama dalam menggunakan social media.

Banyak alasan yang digunakan untuk tidak mementingkan perilaku di social media, salah satunya yang paling sering saya dengar adalah, “Ini cuma social media. Apa yang ditampilkan di social media kan berbeda dengan kehidupan nyata.”

Continue reading 7 Tanda Bahaya di Akun Social Media Pacarmu

Apa Yang Terjadi Setelah Diselingkuhi?

WARNING: Postingan panjang.

Ketika kamu diselingkuhi kemudian berakhir putus, apa yang kamu asumsikan akan terjadi selanjutnya? Biasanya sih, ada empat skenario

  1. Jatuh cinta sama orang lain kemudian pacaran lagi dan kali ini lebih bahagia sehingga kamu nggak ingat lagi sama mantan dan selingkuhannya.
  2. Bertemu seseorang yang menyelamatkan kamu dari keterpurukan, kemudian akhirnya kalian menikah. Walaupun kalian masih terluka karena perselingkuhan, tapi pasangan kamu menyadarkanmu bahwa ada cinta yang tulus buatmu.
  3. Mantan pacar akhirnya menyadari kalau pasangan selingkuhannya hanya sampah, berakhir tidak bahagia. Kamu tertawa penuh kemenangan.
  4. Mantan pacar nangis-nangis minta balikkan. Kamu tolak karena kamu udah nggak sayang dia lagi. Mantan berakhir nggak bisa move on dari kamu sama sekali.

Empat skenario idaman tentu saja. Tapi sayangnya, hidup nggak selalu berjalan seperti itu.

Saya memang sudah melihat orang-orang yang setelah diselingkuhi, mantannya malah nggak move on dan terus berjuang ngejar mereka. Atau yang akhirnya menikah, punya anak, hidup mapan, sementara mantannya hidupnya gitu-gitu aja kalau nggak bisa dibilang menyedihkan.

Tapi saya juga melihat mereka yang mantannya hidup bahagia dengan selingkuhannya sementara yang diselingkuhin masih susah payah berjuang untuk move on dan membangun kepercayaan diri. Atau yang trauma dan nggak berani pacaran lagi. Atau yang secara terburu-buru menikah karena berharap pernikahan bisa menyelamatkan mereka, berakhir lebih menderita karena terjebak seumur hidup dengan orang yang salah.

Saya sendiri gimana?

Well. Let’s see.

Saya berakhir dengan gonta ganti pacar, hidup dengan depresi, punya trust issue, dan sudah nggak percaya konsep cinta dan jodoh. While, Mr.X, mantan ultimate yang menyelingkuhi saya, hidup bahagia dengan pekerjaan impian, istri impian, dan memiliki anak yang manis.

Belakangan saya menyadari, saya juga memiliki – entah apa tapi sebut saja – trauma. Dengan sedikit trigger, saya bisa kembali galau dan depresif sesekali. Ada hari-hari di mana saya galau nggak jelas karena teringat sesuatu yang berhubungan dengan apa yang pernah terjadi pada saya.

Misalnya, melihat postingan galau di sosmed dari wanita yang diselingkuhi. Atau saat pasangan saya menunjukkan gelagat aneh dengan cewek lain, padahal mah sebenernya nggak ada apa-apa. Atau mendengar lagu yang mengingatkan saya sama Mr. X. Dan yang pasti, ketika saya merasa diselingkuhi.

Nggak ada yang namanya pangeran berkuda putih yang datang dan menyelamatkan saya. Atau mantan mencari saya sambil menangis dan mengatakan pada saya ia menyesal kehilangan saya. Atau bertemu laki-laki yang benar-benar bisa saya percaya.

Setelah gonta-ganti pacar, hubungan saya yang paling serius bisa dikatakan dengan mantan terakhir saya. Kami (tepatnya dia) sudah merencanakan pernikahan, orang tua sudah bertemu, saya juga sudah sangat dekat dengan keluarganya.

Namun. Mungkin karena saat itu saya masih depresi dan ketakutan… Ketika kata menikah keluar dari mulut mantan saya (saat kami masih berhubungan), yang saya rasakan bukan bahagia, melainkan ketakutan. Saya dengan trust issue dan ketakutan saya pada komitmen.

Ketika saya curhat sama teman saya, yang melihat dengan mata kepalanya sendiri gimana kondisi saya dari awal sampai sekarang, ia berkata, “Lo sadar gak, sih? Tiap lo pacaran dan cowok lo ngomongin nikah, lo pasti freaked out dan langsung kepikiran pengen putus?”

 

Saya masih hidup dalam ketakutan. Despite in general saya punya hidup yang bahagia; pekerjaan dan penghasilan yang layak, teman dan sahabat yang seru, mantan yang masih perhatian dan mengelus-elus ego saya untuk merasa dicintai, memiliki partner ngedate yang membuat saya tidak merasa dikekang, orang tua yang perhatian – kasarnya, saya memiliki semua yang saya butuhkan.

Bahkan, kehidupan saya kini jauh lebih menarik dan penuh petualangan.

Tapi ada jenis-jenis luka yang nggak akan sembuh.

Ada survivor yang kayak saya, struggling sendirian dan nggak bertemu dengan ksatria berkuda putih yang mencintai saya tanpa syarat dan setia. Yang masih mengurung diri di kamar ketika kenangan-kenangan buruk melintas, kemudian malah jadi teringat dan merekonstruksi semua kejadian dengan mantan secara detail. Bahkan menambahkan detail-detail baru. Yang nggak peduli dengan karma dan udah menyerah sama yang namanya “cinta”. Bahkan kata itu terdengar cheesy dan menggelikan.

Ketika seseorang ngomongin soal true love ke saya, reaksi saya cuma, “Oh, lo masih percaya gitu-gituan, ya?” atau simply diem aja untuk menghormati perasaan lawan bicara saya.

Kita hidup di dunia nyata, bukan sinetron, apalagi film religi. Ketika kamu merasa disakiti, kamu menempatkan diri jadi korban. Lalu mendramatisasi hidupmu dengan meyakinkan bahwa, since, kamu orang baik dan jadi korban di sini, kamu juga akan mendapat hal-hal baik. While, Si Antagonis akan dapat karmanya suatu hari. Kamu menenggelamkan diri dalam ide bahwa tuhan ada untuk orang-orang yang disakiti, dan kamu adalah manusia kesayangan tuhan.

Dari tempat saya berdiri, hidup nggak berjalan seperti itu.

Sudah dua tahun lebih sejak saya diselingkuhi, dan walau saya sudah jauh lebih baik daripada saat itu, saya juga nggak bisa dibilang sudah 100% sembuh. Saya nggak bisa bilang tuhan sudah melunasi kesedihan saya, dan membayar karma mantan saya. The thing is, saya nggak percaya karma. Dan karena saya nggak punya perasaan apa-apa sama mantan, saya nggak peduli dia dapet karma atau bahagia. Hal itu nggak ada pengaruhnya sama saya.

Yang ingin saya sampaikan adalah, hidup nggak berjalan kayak sinetron. Manusia nggak terbagi jadi antagonis dan protagonis. Tuhan nggak punya anak kesayangan. Dan semua itu berjalan gitu aja, bukan karena kamu spesial atau justru dibenci tuhan. Dan hanya karena kamu merasa menjadi korban, hidup nggak bakal jadi lebih istimewa buatmu.

Gimana hidupmu setelah diselingkuhi, tidak ditentukan dari posisimu sebagai korban. Kebahagiaan itu kita yang bikin. Lo kerja yang bener, cari duit, beli baju baru, dandan, keluar rumah dan bertemu teman-teman, sisihkan waktu untuk hobi, hati-hati milih pasangan. Selama lo nggak apes kena depresi, lo bisa milih untuk bahagia. Lo bisa milih untuk melupakan masa lalu dan mantan, maafin mereka, dan nikmatin hidup lo.

Walau nggak ada cowok ganteng baik hati yang datang menyelamatkan kamu, atau mantan kamu nggak tiba-tiba muncul dan nangis minta maaf, nggak berarti hidupmu fucked up. Shit happens. As much as good thing happens. Nggak berarti kamu sial permanen kayak Suzu Aizawa di tv serial Rindu-Rindu Aizawa (#anak90an).

Saya tahu banget, semua orang yang diselingkuhin pasti berharap sama yang namanya karma baik. Berharap kesedihan kalian terbayar. Tapi jangan terlalu berharap sama hal-hal abstrak kayak gitu. Gimana hidup kalian setelah diselingkuhi itu kalian sendiri yang milih.

Mau move on dan fokus sama hal-hal yang ada di depan mata, atau terus menatap ke belakang sambil mikir kapan semua karma dibayar?

Kalian yang milih.

7 Alasan Kenapa Saya Tidak Berminat Selingkuh

I

This condition.

Me: Did you ever asking your self if you made the wrong decision?

(Saya, bertanya pada seseorang yang selingkuh dan memilih wanita kedua daripada kekasihnya ketika dikonfrontasi)

X: I am still asking myself until this very moment.

 

II

This story.

X: Udah capek-capek ninggalin istri gue demi ni cewek, eh ternyata dari mulut macan malah masuk mulut buaya. Tahu gitu mah gue mending sama istri gue aja.

 

III

Kamu tahu apa yang terjadi sama orang yang diselingkuhi? Lukanya nggak akan hilang. Ketakutan-ketakutannya akan selalu ada. Dan pasangan setelahnya akan ngerasa lelah menghadapi kesedihan dan ketakutannya.

Saya nggak akan pernah tega membuat seseorang merasakan hal yang saya rasakan.

 

IV

Ketika sudah bela-belain selingkuh, ternyata tidak bahagia, dan orang yang dulu saya sakiti malah berbahagia. Lebih bahagia daripada dengan saya. You will questioned everything you once had in the past.

 

V

Ketika waktu membuktikan, bahwa ternyata keputusanmu salah besar. Ketika kamu menyadari, bahwa kamu memilih batu untuk membuang berlian. Dan kamu sudah kehilangan kesempatan untuk memperbaikinya.

Then, you have to stuck with the wrong person for the rest of your life.

 

VI

Jika suatu saat, setelah waktu berlalu, kalian dipertemukan lagi. Dan kamu berada dalam kondisi membutuhkan dia. Namun dia sudah nggak peduli. Bahkan jijik sama kamu.

 

VII

The guilty feelings that stay.

 

 

Jangan Kencani Perempuan yang Pernah Diselingkuhi

Yang saya bicarakan bukan perempuan yang  pacaran sekian bulan kemudian diselingkuhi. Tapi yang sudah pacaran tahunan, sudah dikenalkan pada keluarga, sudah percaya dan kenal luar dalam, dan sudah mengarah ke nikah, kasarnya, buat dia dalam hidupnya tidak ada laki-laki lain. Kemudian – BAM! – Lelaki itu pergi karena perempuan lain.

Kemudian, dia harus mengalami yang namanya sedih sampe nggak bisa makan, nggak bisa tidur, nangis terus, nggak mau keluar kamar, atau malah nggak mau pulang-pulang. Sedih yang bikin orang lain (keluarga dan sahabat) jadi marah, kemudian sedih, kemudian marah saat melihat dia.

Dan akhirnya perempuan ini tahu, dia harus berusaha sendiri, karena dia harus menghargai teman-temannya, keluarganya, dan dirinya sendiri. Somehow, walau hancur berantakan, akhirnya dia bisa survive.

source: http://quotes.snydle.com/cheating-boyfriend-quotes.html

Perempuan yang seperti itu.

Jangan kencani perempuan seperti itu, karena itu sama saja dengan menyerahkan diri pada komitmen untuk selalu jujur dan bisa dipercaya, atau kamu harus menghadapi wanita yang senantiasa ketakutan dan butuh validasi. Sekali saja kamu ketahuan berbohong, hubungan kalian nggak akan pernah sama lagi. Karena dia pernah percaya. Ketika kekasihnya mulai sering menghilang, mulai susah dihubungi, mulai genit sama wanita lain, mulai sering bohong; dia percaya, lalu dikhianati.

source: http://quotes.snydle.com/cheating-boyfriend-quotes.html

Satu kali kebohongan, mampu membuat perempuan ini hancur. Karena ia pernah percaya, untuk kemudian dibohongi habis-habisan.

Jangan kencani perempuan seperti itu, karena itu sama saja dengan kamu harus tahan mendengar dan melihat betapa tidak percaya dirinya. Menurutmu perempuan ini cantik dan menarik, tapi ia akan terus-terusan merasa dirinya buruk rupa, tidak percaya diri, dan mati-matian ingin terlihat istimewa di depanmu. Ia takut kamu melihat kekurangannya. Tentu saja bagimu akan melelahkan untuk mengingatkan seorang wanita bahwa Ia cantik dan pantas disayang. Maka itu, jangan dekati mereka jika tidak tahan untuk terus-terusan membuat mereka percaya diri.

Perempuan seperti itu, pernah dibuat merasa kalah dan buruk rupa ketika melihat kekasihnya memperlakukan wanita lain lebih baik dari dirinya. Bahkan, tega meninggalkan dirinya menderita sendirian saat dia berbahagia dengan perempuan selingkuhan ini. Ia takut suatu saat kamu akan menemukan kekurangannya, yang akan membuatmu memilih wanita lain daripada dirinya.

Jangan kencani perempuan seperti itu, karena ia akan selalu tahu jika kamu bermain-main dengan wanita lain. Ia akan selalu ketakutan ketika kamu memperlakukan wanita lain dengan baik. Karena ia pernah membiarkan kekasihnya di masa lalu untuk beramah tamah dengan wanita lain, ia percaya bahwa kekasihnya tidak akan selingkuh. Tetapi ternyata wanita yang dulu disebut “hanya teman” itu kemudian menjadi alasan kekasihnya tega meninggalkan ia sendirian kehujanan di jalanan. Karena wanita kedua itu akhirnya menjadi lebih penting. Jika kamu masih ingin bermanis-manis, bersenang-senang dengan perempuan lain, lebih baik jangan kencani wanita ini.

Karena ia pernah tidak peduli pada wanita-wanita di sekitar pasangannya, sampai ternyata, salah satu dari wanita tersebut menjadi alasan ia harus menangis sendirian di kamar sambil bertanya-tanya “Apa salahku?”

source: http://quotes.snydle.com/cheating-boyfriend-quotes.html

Gak ada yang menyenangkan dari berpacaran dengan perempuan yang pernah diselingkuhi, kecuali kalau kalian benar-benar siap menghadapi ketakutannya, ketidakpercayaan dirinya, keragu-raguannya. Belum lagi dramanya, paranoidnya… hal-hal yang bakal membuat orang-orang di sekelilingnya capek. Perempuan seperti itu sadar kalau mereka berlebihan, tapi dia nggak tahu bagaimana cara mengubahnya.  Mereka nggak tahu caranya menjadi normal, kembali seperti sebelum saat mereka diselingkuhi.

Kalian nggak perlu bantu dia jadi percaya diri, nggak perlu bantu dia jadi lebih kuat. Yang kalian perlu cuma jadi lebih kuat, dan biarkan dia belajar mempercayaimu dan dirinya sendiri. Kalau kalian nggak bisa lebih kuat dari dia, mending mundur. Mundur yang jauh.

What I Learned From Being Cheated

DISCLAIMER: POSTINGAN PANJANG BUANGET

Buat yang ngikutin blog saya dan membaca semua postingan saya tentang patah hatinya saya, pasti sudah tahu banyak tentang pengalaman saya dengan Mr. X. Bagaimana saya akhirnya diselingkuhi. Singkatnya begini, saya berhubungan selama 7 tahun dengan lelaki yang sama, hubungan yang dipertahankan mati-matian karena beda agama dan tidak direstui orang tua si lelaki. Berkali-kali saya mencoba mengakhiri hubungan tersebut, selalu ditolak oleh Mr. X. Ia menjanjikan akan memperjuangkan saya dan terus bersama saya apapun yang terjadi. Namun, awal tahun ini, akhirnya saya harus memergoki ia sudah sayang-sayangan dengan perempuan lain. Padahal, di hari yang sama, ia berjanji sama saya akan memperbaiki hubungan kami dan memulai semuanya dari awal, ia berjanji untuk terus bersama saya. Lima menit kemudian, saya membaca semua pesan mesranya dengan perempuan lain, dan ketika saya meminta memilih, ia menolak. Akhirnya saya menyuruh ia pergi dari hadapan saya.

Bulan depan mereka akan menikah. Mr. X dan wanita selingkuhannya. Sembilan bulan setelah saya memutuskan dia.

Setelah putus dari Mr.X, dengan bodohnya saya langsung dekat dengan beberapa laki-laki. Saya mulai mencoba mencari orang lain yang bisa saya cintai. Bulan ketiga sejak putus dengan Mr. X, saya sudah punya pacar baru, sebut saja Mr. A. Saya kira, akhirnya saya menemukan orang yang tepat, yang benar-benar menyayangi saya, yang jauh lebih baik dari Mr. X. Tapi pada akhirnya, ternyata ada perempuan lain. Sekali lagi saya dibohongi. Bodohnya lagi, bukannya segera pergi, saya tetap bersama dia karena dia mengatakan bahwa saya adalah wanita yang dia sayang, wanita yang dia pilih, dan dia melarang saya pergi meninggalkan dia. Ternyata saya cuma dibodoh-bodohi.

Saya ingat malam itu saya kembali menangis, dan sibuk self loathing. Bertanya-tanya apa yang salah dari saya. Kenapa mereka membohongi saya, apa yang kurang dari saya, kenapa harus saya. Dan perlu diingat, saya sendiri pun belum sembuh dari patah hati yang pertama. Mr. A tahu sekali bahwa saya masih sering breakdown tengah malam karena depresi saya. Tapi toh dia tetap tega sama saya.

Diselingkuhi itu memang menyakitkan. Tapi bayangkan jika hal itu terjadi dua kali berturut-turut, oleh dua orang yang berbeda. Ditambah lagi, yang kedua terjadi di saat saya sendiri sebenarnya masih dalam keadaan sedih karena kejadian pertama.

Hal kayak gini, bikin saya lebih banyak kontemplasi dan memikirkan apa, kenapa, bagaimana. Dan terutama, introspeksi. Banyak hal yang saya sadar kemudian, dan mungkin masih banyak lagi yang bisa saya pelajari kelak ketika pikiran saya lebih jernih, ketika rasa sakitnya sudah berkurang.

Kalau kalian pernah diselingkuhi, atau sedang diselingkuhi, saya tahu rasanya. Tahu banget. Sampai kerjaan berantakan (saya nggak perform di kantor selama 6 bulan), menangis tiap hari selama 3-4 bulan, kehilangan berat badan, abusing alkohol, having suicidal thoughts… Ya kalian kira-kira sendiri aja, itu kayak gimana hancurnya. Dan beneran, untuk memperbaiki mental sendiri yang sudah hancur itu, rasanya perjuangan yang mati-matian banget. Jika kalian pernah atau sedang diselingkuhi, sebaiknya kalian mencoba diam dulu sebentar, dan memikirkan segala sesuatu.

Ada beberapa hal yang saya pelajari dari kedua kejadian di atas, dan semoga pelajaran yang saya dapat ini, bisa membantu kalian yang diselingkuhi:

1. Ini bukan karena saya jelek

Ketika diselingkuhi, saya berpikir bahwa ini salah saya. Saya kurang cantik, kurang kurus, kurang feminin, kurang segalanya. Nggak. Itu salah. Salah banget. Oke, mungkin mereka selingkuh dengan cewek yang lebih cantik, lebih kurus, lebih modis. Tapi kalau saya lebih cantik pun, lebih kurus, lebih modis, atau lebih feminin, seorang peselingkuh akan tetap selingkuh.

2. Ini bukan tentang saya

Sampai sekarang, saya masih suka bertanya, “Kenapa saya? Kok mereka tega?”, ya tentu mereka tega, tapi bukan karena saya orangnya, melainkan karena mereka memang begitu. Siapapun pasangan mereka, jika mereka ingin selingkuh, ya mereka akan selingkuh.

Waktu saya tanya sama sahabat saya, “Kok, dia tega ya, gitu ke saya…”, ia menjawab, “Ya tega lah. Kenapa juga harus nggak tega? Emang lo siapa?” – Ya itu ngeselin sih sumpah pas dibilangin kayak gitu. Tapi saya mulai belajar mengerti, iya, karena orang selingkuh hanya mikirin diri mereka sendiri. Saya nggak ada di depan mata mereka, saya cuma obyek yang kebetulan jadi pacar mereka saat itu. Jadi, bukan masalah kenapa mereka tega ke saya, karena mereka akan tega sama siapapun.

3. Ini bukan tentang saya menjadi pacar yang jauh dari sempurna

Ada titik di mana saya sibuk berpikir, bahwa saya mungkin kurang perhatian, bahwa saya mungkin bukan pacar yang baik, atau kurang possesif, kurang manja dll. Tapi ketika kondisi mental saya jadi lebih baik, saya mulai melihat ke belakang, bahwa saya bukan pacar yang buruk. Butuh waktu untuk saya sadar, bahwa saya sudah memberi yang terbaik yang sanggup saya berikan. Saya menjadi pendengar yang baik, saya selalu berusaha jujur, saya tidak mengekang kebebasannya, saya tidak mengatur gaya hidup maupun keuangannya. Saya selalu memberi kebebasan dan kepercayaan sama pasangan saya. Jika kebebasan dan kepercayaan yang saya beri akhirnya malah dimanfaatkan untuk diam-diam ngedate sama cewek lain, atau godain cewek lain di twitter, whatsapp, atau apapun, maka itu pilihan pasangan saya.

Saya sudah sadar, bahwa saya adalah pasangan yang baik, dan jika ternyata dia memilih untuk menyia-nyiakan kebaikan saya, maka itu pilihan dia. Kita bisa berbuat sebaik apapun, berusaha mengerti sedalam apapun, tapi jika memang dia brengsek, ya dia akan tetap selingkuh.

4. Bahwa saya sebaiknya tidak mendiamkan alarm intuisi saya, dan lebih tegas pada diri saya sendiri

Jujur, bukan berarti saya nggak melihat bahwa ada tanda-tanda tidak baik pada hubungan saya. Misalnya dengan Mr.X, tanda-tandanya jelas dari awal: beda agama, tidak direstui orang tua, lelaki yang tidak tegas, bohong berkali-kali, memergoki ia menggoda perempuan lain di socmed beberapa kali, janji-janji yang tidak masuk akal, hubungan yang berjalan terlalu lama tanpa arah yang jelas, dan ketika diajak berpisah baik-baik karena Mr.X tidak mampu memberi keputusan, malah menahan kita dengan menangis.

Dari situ sebenarnya sudah jelas tanda-tandanya, namun saya memilih untuk terus berjalan bersama Mr.X, berharap suatu hari ia akan maju dan memperjuangkan saya. Itu tolol. Namun juga, pelajaran yang sangat berharga untuk saya.

5. Komunikasi adalah kunci

Ketika saya menyadari hal yang aneh dari Mr. A, saya memilih tidak membahas. Pertama karena saya percaya sama Mr. A, kedua, dengan jujur saya akui, karena saya takut sama jawabannya. Padahal, membicarakan apa yang kita rasakan itu penting. Walau akhirnya jawabannya akan menyakiti kita, tapi lebih baik kita tahu sejak awal daripada saat semua terlambat. Ia pasti akan bohong, tapi sampai berapa lama kebohongan itu bisa ditutupi. Nggak, nggak bisa lama.

Jujur aja, kalau soal selingkuh, sampai kapanpun, cowok nggak akan pernah lebih pintar daripada cewek.

6. Baik dan bodoh itu dua hal yang berbeda

Saya pikir, dengan memberi kesempatan kedua, dengan mencoba percaya lagi, dengan mencoba mengerti, membuat saya menjadi pasangan yang baik untuk Mr. X dan Mr. A. Salah. Itu bodoh. Kita tidak memberi kesempatan kedua pada peselingkuh. Kecuali kalau dia ngejar, nyembah-nyembah, memperjuangkan hidup dan mati untuk mendapatkan kita kembali. Baik itu bagus, tapi jangan samakan baik dengan bodoh.

7. Diselingkuhi 2 kali berturut-turut membuat saya belajar bahwa sebelum saya memulai hubungan dengan seseorang, saya harus mengerti kenapa saya menyayangi mereka

Saya bertahan sama Mr. X karena saya percaya ia menyayangi saya dan tidak ada laki-laki lain yang bisa menyayangi saya sebesar ia. Padahal saya tahu, Mr. X bukan lelaki yang tegas dan berpendirian. Tapi saya terjebak dalam ilusi yang dibuat oleh Mr. X, bahwa saya adalah satu-satunya wanita untuk dia, dan bahwa suatu hari ia akan menikah saya karena menurutnya dia tidak bisa membayangkan dirinya dengan wanita lain (TETOT!). Padahal saya tahu, lelaki macam ini tidak baik untuk saya.

Ketika saya akhirnya mulai pacaran dengan Mr. A, saya sedang dalam kondisi tidak baik. Saya butuh pelarian, saya belum terbiasa tanpa Mr. X, saya masih berduka, dan saya dalam kondisi insecure karena saat itu saya masih terjebak dalam pikiran bahwa saya adalah wanita yang tidak pantas disayang. Dan Mr. A muncul dengan segala perhatiannya, dan membuat saya merasa berharga dan disayang. Padahal tentu saja, yang saat itu saya lupa, semua lelaki akan manis pada wanita di saat proses PDKT. Dia adalah orang yang salah, yang muncul di waktu yang tepat. Saya mencintai Mr. A karena ketika membandingkan dengan Mr. X, Mr. A terlihat sebagai lelaki yang sempurna, yang jauh lebih baik dari Mr. X. Padahal saya belum siap secara mental. Saya saat itu berada dalam kondisi mudah dibohongi, memiliki kebutuhan untuk diperhatikan, dihargai, disayang. I was an easy target for anyone, dan kebetulan dia yang paling getol deketin saya dibandingkan cowok-cowok lainnya. Saya malah sampai berpikir he was the one. He was my rainbow after the storm.

8. Bahwa tidak ada seorangpun yang bertanggung jawab untuk menyembuhkan saya, dan saya harus bisa menyembuhkan diri saya sendiri

Ini, sebenarnya sesuatu yang saya pahami. Sesuatu yang saya sadari. Ketika bersama Mr. A, saya mati-matian tidak ingin membuat Mr. A merasa harus bertanggung jawab menyembuhkan saya. Saya menyayangi dengan sepenuh hati, saya mempercayai dengan sepenuh hati pula. Saya tidak lantas menjadi paranoid, dan menuntut Mr. A agar tidak seperti Mr. X. Saya tidak meminta ia menyembuhkan saya. Tapi, saat Mr. A fucked up, saya tempat terceplos dan mengatakan dia sama saja dengan Mr. X. Setelah beberapa lama kemudian saya baru ngerti, mereka nggak sama. They did hurt me and cheat on me, tapi apa yang dilakukan Mr. A, nggak ada hubungannya dengan Mr. X. Dua-duanya sama-sama memilih untuk menyakiti saya, tapi kedua kejadian ini kan nggak berhubungan. Dan jangan sampai dikhianati 2 kali berturut-turut, membuat saya menilai semua lelaki sama saja (ini susah banget, saya masih struggling untuk berhenti menganggap semua lelaki pasti akan selingkuh di belakang saya).

Kita nggak bisa menuntut pasangan kita harus ngerti, bahwa kita ini habis patah hati pangkat dua, bahwa kita sedih, bahwa kita punya trust issue. No. Apa yang dilakukan mantan kita, bukan tanggung jawab pacar baru kita. Mereka gimanapun juga orang yang berbeda. Kita harus menyembuhkan diri kita sendiri dan bisa memisahkan masa lalu dengan masa kini.

Pada akhirnya, jika ada di antara pembaca yang sedang atau baru saja diselingkuhi, nangis aja dulu, marah aja dulu. Tapi jangan pernah mengejar orang yang sudah selingkuh. Beri waktu untuk diri kalian sendiri introspeksi sekaligus menyembuhkan diri. Eventually, kita akan melewati ini semua kok. Saya masih berada di dalamnya, tapi saya yakin, suatu hari saya akan baik-baik saja. Walau jalannya masih panjang dan berat, saya bakal ngejalanin itu semua.

Pacarku Selingkuh! Aku Mesti Gimana? :((

Additional Notes, 8 Juni 2016:
Karena banyaknya yang curhat di kolom komentar sementara saya nggak selalu memantau blog, disarankan untuk mampir dan tanya-tanya aja ke ask.fm/macangadungan untuk respon lebih cepat. However, mohon diingat saya bukan pakar relationshit (lah pacaran 7 tahun aja bisa-bisanya diselingkuhin).

Ada yang tahu rasanya mergokkin atau justru dengar pengakuan kalau pacar ternyata selingkuh? Ih. Nggak terkatakan.

Badan langsung keringat dingin, kaki lemes, rasanya mau pingsan. Otak nggak bisa mikir, jantung rasanya jatuh ke perut. Airmata mau keluar tapi nggak bisa, karena terlalu shock. Otak kita bahkan nggak bisa memutuskan emosi apa yang harus dirasakan.

Sumpah. Rasanya ngilu banget. Sampai detik ini, kalau ingat waktu akhirnya tahu pacar udah sayang-sayangan sama cewek lain, rasanya mau loncat aja dari lantai 29. Saya beneran nggak bisa lupa sakitnya. Kayaknya semua yang saya tahu dan saya percaya langsung berantakan seketika itu juga.

Ih. Nulis gini aja langsung bikin saya sedih.

Ok. Move on dari “rasa”-nya. Setelah tahu pacar ternyata selingkuh, hal penting selanjutnya yang harus kalian lakukan biasanya menentukan sikap kalian terhadap keanjingan si pacar. Kalau otak lagi berantakan gitu, sih, emang kalut banget. Nggak tahu harus ngapain. Kalau saya sih waktu itu pada akhirnya minta putus. Di hari yang sama. Bukan apa-apa. Udah terlanjur ancur berantakan. Rasanya terhina banget diselingkuhin sama orang yang saya percaya bertahun-tahun. Yang terpikir cuma satu, dia harus pergi dari hidup saya. Karena luka ini nggak akan sembuh, even kalo kita balikkan.

Yah. Cewek beda-beda lah.

Tapi based on pengalaman saya dan teman-teman saya, semakin ke sini saya mulai berpikir. Saat diselingkuhi, jangan sampai kita salah langkah hanya karena emosi atau malah masih sayang. Karena sekalinya kita memutuskan sesuatu, mungkin kita nggak akan pernah bisa kembali lagi ke titik awal.

Continue reading Pacarku Selingkuh! Aku Mesti Gimana? :((